Senin, 30 Mei 2011

Konflik Berlian di Sierra Leone


BAB I
Pendahuluan
I.2 Latar Belakang Masalah
Sumber daya alam memegang peran kunci dalam konflik yang telah melanda sejumlah negara di Afrika beberapa dekade terakhir. Hal ini mendorong konflik kekerasan dan konflik bersenjata. Pendapatan dari eksploitasi sumber daya alam tidak hanya digunakan untuk mempertahankan pasukan tetapi juga untuk pengayaan pribadi dan membangun dukungan politik.
Eksploitasi sumber daya alam di negara sarat konflik terus menjadi salah satu penyebab konflik, contoh Angola, Republik Demokratik Kongo, Sierra Leone dan Liberia. Mari kita menelisik salah satu dari negara tersebut, Sierra Leone. Sierra Leone adalah diantara negara-negara sumber daya alam yang telah menjadi sumber konflik dari pada pembangunan dan perdamaian. Negara ini dihadapkan dengan perang sipil berdarah pada tahun 1991-2000 antara pemberontak Revolutionary United Front dan pemerintah. Perang saudara berkelanjutan selama hampir satu dekade ini disebabkan sumber daya diperoleh dari penjualan berlian secara ilegal. Perang ini menyebabkan perekrutan ribuan tentara anak dan pada tahun 2001, sekitar 50 ribu orang telah tewas dan hampir ada 2 juta pengungsi.
Konflik Blood Diamond terjadi karena adanya pertentangan dari kekuatan tertentu untuk menentang pemerintah yang dianggap tidak adil dalam bertindak. Konflik berawal dari gerakan revolusioner Sierra Leone yang tidak puas dengan kinerja pemerintah yang korup, kesalahan managment negara, tidak adil terhadap rakyat kecil, tidak memperhatikan masalah kesehatan, kesejahteraan, pendidikan, dll. Hal tersebut merupakan tujuan awal terbentuknya gerakan revolusioner, yang menunjukkan bahwa gerakan ini sudah mewakili kepentingan masyarakat banyak. Gerakan ini disebut dengan gerakan Revolutioner United Front (RUF).
I.3 Identifikasi Masalah
Sesuai dengan judul makalah ini Konflik Berlian Di Sierra Leone, maka permasalahan dapat diidentifikasiikan sebagai berikut :
·         Apa penyebab terjadinya konflik di Sierra Leone ?
·         Bagaimana konflik itu terjadi ?
·         Apa peranan PBB dalam mengatasi konflik tersebut ?
I.4 Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka makalah yang dibahas, dibatasi pada masalah :
·         SDA yang dijadikan konflik
·         Penjelasan terjadinya konflik di Sierra Leone;
·         Penjelasan proses perdamaian.
1.5 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembahasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
·         Deskripsi SDA yang ada di Sierra Leone.
·         Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik berlian di Sierra Leone.
·         Peran PBB dalam proses perdamaian.
I.4 Kerangka Pemikiran
I.4.1 Fokus Pemikiran
Untuk memfokuskan penelitian sehingga peneliti dan pembaca mempunyai kesepahaman yang sama maka diperlukan fokus penelitian, atau yang disebut sebagai peringkat analisis dalam penelitian kualitatif. Fokus penelitian ini terdiri dari unit analisa dan unit eksplanasi. Unit analisa adalah unit yang perilakunya akan dijelaskan dalam penelitian. Sedangkan unit eksplanasi adalah unit yang mempengaruhi unit analisa. Dalam penelitian kualitatif, hubungan antara unit analisa dan unit eksplanasi tidak bersifat sebab akibat secara linier, tetapi dapat juga bersifat timbal balik. Dalam penelitian ini, yang menjadi unit analisa adalah perang sipil di Sierra Leone sedangkan yang menjadi unit eksplanasinya adalah Peran PBB dalam konflik di Sierra Leone.
Menurut Patrick Morgan, ada lima tingkat analisis untuk memahami perilaku aktor hubungan internasional yaitu individu, kelompok individu, negara- bangsa, kelompok negara bangsa, dan sistem internasional (Morgan, 1982). Dalam kaitannya dengan penelitian ini, penulis menggunakan peringkat analisis sistem internasional, yang memandang sistem aktor internasional sebagai penyebab terpenting terjadinya perilaku dan interaksi aktor-aktor internasional. Negara-negara di dunia dan interaksi di antara mereka dilihat sebagai suatu unit sistem. Pengetahuan tentang dinamika sistem internasional dapat dipakai untuk menjelaskan perilaku aktor-aktor hubungan internasional yang terlibat di dalamnya, yaitu sejauh mana imperialisme Inggris yang dilakukan dalam perang sipil di Sierra Leone yang berlangsung puluhan tahun melalui tentara bayaran, MNC, dan pasukan perdamaiannya. Dimana perang sipil tersebut terjadi akibat kinerja pemerintahan yang buruk, perebutan berlian antara pemberontak dengan pemerintah, dan perdagangan ilegal berlian yang memiliki jaringan di berbagai negara.

I.4.2 Landasan Teoritik
I.4.2.1 Teori Konflik
Galtung (1960) menjelaskan bahwa konflik terbagi menjadi tiga yaitu langsung, kultural dan struktural. Dimana konflik langsung seringkali didasarkan atas penggunaan kekuasaan sumber, yang dibedakan menjadi kekuasaan yang bersifat menghancurkan, kemudian kekuasaan ideologis dan kekuasaan renumeratif. Baik kekuasaan sumber dan kekuasan struktural saling berkaitan, saling memperkuat. Galtung mengungkapkan kekerasan struktural dan personal dapat menghalangi untuk memenuhi kebutuhan dasar. Kebutuhan-kebutuhan dasar ini adalah kelestarian atau keberlangsungan hidup, kesejahteraan, kebebasan, dan identitas. Jika empat kebutuhan dasar ini mengalami tekanan atau kekerasan dari kekuasaan personal dan struktural, maka konflik kekerasan akan muncul ke permukaan sosial.
Agar bisa merespon konflik secara tepat, maka perlu memahami level analisa konflik karena ada konflik yang bersifat mikro dengan level individual (di dalam diri individu yang bersangkutan maupun antar individu) dan ada pula konflik yang makro dengan level kelompok (baik dalam lingkup masyarakat maupun organisasi), negara maupun internasional (Galtung, 1960)Konflik dalam diri seseorang terjadi ketika dia mempunyai dua atau lebih kepentingan yang sifatnya bertentangan. Sehingga individu tersebut harus menentukan pilihan dan prioritas. Konflik antar individu, terjadi akibat keterbatasan sumberdaya, perbedaan pandangan atas nilai, atau tujuan yang tidak sejalan, bisa juga karena keterlibatan dalam kerjasama (bila ada benturan kepentingan), maupun saat konsensus tidak tercapai (tidak ada pihak yang mau mengalah). Sedangkan konflik dalam lingkup yang lebih luas, seperti kelompok dan lainnya hampir sama dengan konflik antar individu sebagaimana disebutkan di atas, tetapi sifatnya lebih kompleks dan lebih banyak individu yang terlibat dalam konflikDalam kasus imperialisme Inggris di Sierra Leone pendekatan  konflik yang bisa dipakai adalah dinamika konflik yang menekankan pada konflik itu sendiri yaitu perang sipil dalam skala makro. Baik dalam bentuk kontradiksi ataupun ketidaksesuaian yang tentunya berelasi dengan sikap terhadap aksi lawan dan perilaku konflik (konsep triangle). Konsep triangle di sini melibatkan kelompok pemberontak, pemerintahan Sierra Leone, dan pemerintahan negara lain yang berimbas pada konflik berlian dan kekerasan yang tersistem. Sehingga meskipun beberapa negara di benua Afrika merupakan negara penghasil sumber daya alam berharga seperti berlian, namun karena konflik yang terjadi dan adanya imperialisme negara lain yang memanfaatkan situasi konflik maka negara tersebut tetap saja miskin.


















BAB II
Pembahasan

B. Konflik Internal Sierra Leone
Nama Sierra Leone diambil dari bahasa Portugis, yang berarti “singa gunung”, sesuai dengan deretan pegunungan menyerupai singa yang terletak di sepanjang semenanjung Freetown.21 Bangsa Portugis sendiri merupakan bangsa Eropa pertama yang memasuki wilayah Sierra Leone. Wilayah Sierra Leone berbatasan dengan Liberia di bagian Tenggara, Republik Guinea di bagian Utara, serta dengan Samudera Atlantik di bagian Barat. Luasnya kurang lebih 72.325 km persegi, dengan populasi sekitar lima juta jiwa.22 Dari keseluruhan populasi di Sierra Leone, di bagian utara didominasi oleh mayoritas etnik Temne, sementara di bagian selatan dan tenggara didominasi oleh etnik Mende.23 Mayoritas masyarakatnya beragama Islam, meskipun juga terdapat kelompok masyarakat yang beragama Kristen. Bahasa resmi yang digunakan di Sierra Leone adalah bahasa Inggris. Sejak tahun 1808, Freetown menjadi wilayah koloni Inggris dan di tahun 1896, seluruh wilayah Sierra Leone resmi menjadi koloni Inggris.24

Gambar I. Sierra Leone Maps
sierra-leone.jpg
Sumber: http://geography.about.com/library/cia/blcsierraleone.htm, diakses pada 7 Januari 2011.



B.1. Kronologis Konflik Internal Sierra Leone
Pada tahun 1930, telah ditemukan suatu deposit berlian dalam jumlah yang besar di bagian Timur Distrik Kono. Berlian ini kemudian menjadi komoditas ekspor terbesar di Sierra Leone, setelah kelapa sawit25 Selanjutnya di tahun 1933, di daerah Marampa, Distrik Port Loko, dibangun sebuah pertambangan biji besi, yang kemudian juga mempunyai peran yang signifikan dalam total ekspor dari Sierra Leone. Besi dan berlian kemudian menjadi dua komoditas utama yang pada akhirnya sangat berperan dalam meningkatkan perekonomian Sierra Leone.26
Sekitar tahun 1951-1961 terjadi peralihan kekuasaan di Sierra Leone, dimana pemerintahan kolonial juga memberikan kursi pemerintahannya kepada beberapa warga negara Sierra Leone. Hal ini terlihat pada terpilihnya beberapa warga negara Sierra Leone menjadi menteri pada tahun 1953. Kementrian ini bertugas untuk mengatur pemerintahan dalam negeri, kecuali masalah hubungan luar negeri dan pertahanan.27 Dalam susunan kementrian tersebut Sir Milton Margai merupakan salah satu warga negara Sierra Leone yang ada di dalamnya dan menjabat sebagai Chief Minister.
Sierra Leone memperolehvkemerdekaannya dari pemerintah kolonial Inggris pada tahun 1961, dan sejak ituvSierra Leone tetap mewarisi sistem pemerintahan parlementer, dengan Milton Margai yang merupakan pemimpin partai Sierra Leone People’s Party (SLPP), ditunjuk sebagai presiden. Pada tahun 1964 Milton Margai kemudian meninggal dan posisinya digantikan oleh adiknya Sir Albert Margai, yang memimpin pemerintahan dari tahun 1964 sampai 1967. Pemerintahan Albert Margai ini, ditandai dengan adanya praktek korupsi dan upaya-upaya otoriter untuk mengkonsolidasikan kekuasaan dan juga untuk menyingkirkan pihak oposisi. Pada pemilihan umum tahun 1967, Gubernur Jenderal Sierra Leone menetapkan Siaka Stevens, yang merupakan pemimpin partai All People’s Conggres (APC), sebagai Presiden Sierra Leone berikutnya.28 Stevens pada awalnya merupakan sekretaris umum Serikat Pekerja Tambang dan pernah bergabung dalam SLPP, kemudian diangkat menjadi Menteri Pertambangan dan Tenaga Kerja, hingga pada akhirnya sesaat sebelum kemerdekaan Sierra Leone, Stevens keluar dan membentuk APC.
Pada masa pemerintahannya di Sierra Leone, terdapat kesenjangan antara kelompok etnik Kreole di Freetown yang mendominasi sektor politik dan ekonomi di awal periode Kolonial selama 150 tahun dengan kelompok lainnya yang mempunyai tingkat kependudukan yang lebih tinggi dan bersifat lessdeveloped. Selain itu juga terdapat kesenjangan di bidang ekonomi dan politik antara wilayah bagian utara Sierra Leone yang didominasi oleh kelompok Temne dan Kriom, dengan wilayah bagian Selatan yang didominasi oleh kelompok yang menggunakan bahasa Mende.29 Selama memimpin, Stevens berhasil mengeksploitasi berlian, dengan cara mendekati para penambang gelap dan dengan membentuk National Diamond Mining Company (NDMC) untuk menasionalisasi SLST (Sierra Leone Selection Trust).30 Pada pertengahan 1980-an kondisi domestik di Sierra Leone, ditandai dengan adanya tingkat inflasi yang tinggi dan menurunnya kekuasaan pemerintah, tidak tersedianya bahan pangan, meluasnya korupsi dan juga semakin tingginya tingkat pengangguran pada generasi muda serta meningkatnya gerakan radikalisme dari mahasiswa. Semakin memburuknya kondisi domestik Sierra Leone tersebut pada akhirnya membuat Stevens pensiun pada tahun 1985, dan ia menunjuk Mayor Jenderal Joseph Saidu Momoh menjadi penggantinya.
Pada masa pemerintahan Momoh, terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah pengangguran sehingga menjadi pemicu timbulnya kekerasan dan kriminalitas, serta penggunaan obat-obatan terlarang, serta meningkatnya tingkat korupsi yang dilakukan olehnya.31 Lemahnya kepemimpinan dari Momoh ini, kemudian dimanfaatkan oleh
dua pihak oposisi. Pertama; Kopral Foday Sankoh yang memimpin pemberontakan melalui Revolutionary United Front (RUF) dan didukung oleh pasukan pemberontak National People Front (NPFL) di Liberia. RUF merupakan sebuah kelompok pemberontak yang berasal dari spillover pemberontakan di negara tetangga Liberia. Pada tahun 1987, terjadi percobaan kudeta terhadap pemerintahan Momoh yang menandai awal dari kejatuhan pemerintahannya. Hal ini didukung dengan sikap dendam Charles Taylor, warlords / tokoh perang Liberia (menjadi presiden pada tahun 1997), yang diakibatkan oleh ditolaknya tawaran Taylor, untuk dapat beroperasi di sebelah Timur Sierra Leone dengan iming-iming uang, oleh Momoh.32 Pada tanggal 23 Maret 1991, RUF menyerang sebelah Timur Sierra Leone dari Liberia. Pada saat inilah konflik internal di Sierra Leone dimulai.33 Tujuan RUF melakukan aksi pemberontakan ini adalah untuk mengakhiri kekuasaan rezim APC yang telah berlangsung kurang lebih 24 tahun di Sierra Leone.34 Kedua; Kapten Valentine Strasser yang memimpin kelompok yang terdiri dari para tentara, melakukan aksi kudeta militer. Pada tahun 1992, Strasser berhasil menjatuhkan pemerintahan Momoh dan kemudian memerintah negara melalui badan pemerintahan yang baru, the National Provisional Ruling Council (NPRC).35 Pada tahun 1992, Strasser berhasil menjatuhkan pemerintahan Momoh dan kemudian memerintah negara. Pada masa pemerintahannya, Strasser menyewa EO (Executive Outcomes), perusahaan keamanan tentara bayaran dari Afrika Selatan, dengan tujuan untuk membantu tentara pemerintahan Sierra Leone untuk melawan RUF.36 Namun demikian, Sankoh beserta RUF, terus melawan pemerintahan militer Strasser yang baru.
Pada tahun 1996 diadakan pemilihan umum multipartai yang dimenangkan oleh Ahmad Tejan Kabbah yang merupakan pemimpin dari Sierra Leone People’s Party (SLPP), yang kemudian menjadi Presiden Sierra Leone berikutnya.37 Pada masa pemerintahannya, Presiden Kabbah menandatangani perjanjian damai Abidjan (Abidjan Peace Accord) dengan pihak RUF pada akhir November 1996. Perjanjian ini menetapkan pembentukan pasukan penjaga perdamaian yang netral, penarikan EO dan penarikan semua pasukan asing dari Sierra Leone.38 RUF merupakan pihak yang paling mendapatkan keuntungan dari perjanjian ini, karena dalam perjanjian ini, dapat dikatakan bahwa RUF mempunyai posisi yang setara dengan pemerintah Sierra Leone. Selain itu RUF juga tidak dikenai sanksi atas segala aksi kekerasan yang dilakukan selama ini.39

B.2. Akar Permasalahan Konflik Sierra Leone
Konflik yang terjadi di suatu wilayah dapat dipahami dari berbagai perspektif, yaitu antara lain dari; (i) perspektif kebutuhan manusia, yang berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia – fisik, mental, dan sosial – yang tidak terpenuhi atau dihalangi. (ii) perspektif identitas, yang berasumsi bahwa konflik disebabkan karena identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan. dan (iii) perspektif transformasi konflik, yang berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi.
            Greg Mitchell, menjelaskan mengenai eksploitasi berlian yang telah mencemari konflik internal di Sierra Leone. Menurut Mitchell, Sierra Leone adalah negara yang sangat kaya, namun diperintah oleh pemerintahan yang korup dan predator sehingga muncul gerakan pemberontakan revolusioner RUF yang meneror populasi sipil dan memperoleh keuntungan dari industri berlian Sierra Leone. Dalam tulisannya, Mitchell menjelaskan eksploitasi ekonomi terhadap berlian dalam tingkat lokal, regional dan internasional yang terjadi selama periode perang. Eksploitasi berlian itu sendiri dilakukan oleh RUF dan Presiden Liberia Charles Taylor.40

B.2.1. Faktor Pemerintahan yang buruk
Secara umum akar permasalahan pada perang internal di Sierra Leone telah dialami sejak awal pembentukan negaranya. Menurut Michael E.Brown kondisi domestik yang pada akhirnya dapat membawa suatu negara pada perang internal umumnya terletak pada persoalan mendasar yang telah berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Persoalan mendasar pada kasus perang internal di Sierra Leone ini terutama disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1.      Bidang politik dan ekonomi.
Oleh karena itu, usaha untuk menciptakan perdamaian di Sierra Leone harus diarahkan pada penyelesaian persoalan mendasar yang terjadi di negara tersebut.
2.      Warisan historis dari pemerintah.
Selain faktor persoalan mendasar tadi, faktor lain yang juga menjadi pemicu timbulnya konflik internal di Sierra Leone adalah warisan historis dari pemerintah, karena warisan historis tersebut, baik langsung maupun tidak langsung, juga turut berperan dalam membentuk struktur politik dan ekonomi di suatu negara.
3.      Perdagangan budak.
Konflik internal yang berlarut-larut di Sierra Leone berhubungan erat dengan sejarah negara ini yang merupakan bekas koloni Inggris. Motif pemerintah Inggris mendirikan koloni di Sierra Leone adalah untuk kepentingan ekonominya.41 Sebagian besar penduduk asli di benua Afrika sejak tahun 1750 telah dijadikan komoditas utama perdagangan budak oleh pemerintah kolonial. Ketika tahun 1787 perbudakan mulai dihapuskan dan Sierra Leone dijadikan sebagai tempat penampungan bagi budak-budak yang dibebaskan, pemerintah kolonial Inggris tetap berperan dalam struktur pemerintahan yang baru dibentuk di negara tersebut. Faktor persediaan sumber daya alam yang melimpah, terutama tambang berlian di Sierra Leone menjadi alasan Inggris untuk tetap menjalankan peran sebagai pemerintah kolonial dan meraih keuntungan dari sumber daya alam tersebut.42 Atas dasar kepentingan ekonomi tersebut, maka peran pemerintah kolonial tidak dapat dipisahkan dari akar permasalahan yang terjadi dalam perang internal di Sierra Leone. Sejak periode perdagangan budak di benua Afrika, pertikaian antar kelompok etnik di Afrika sudah menjadi fenomena yang umum terjadi. Sebagian hal tersebut disebabkan oleh adanya politik “adu domba” dan kebijakan segregasi yang diterapkan oleh pemerintah kolonial untuk menciptakan pertikaian antar kelompok etnik.43 Kebijakan ini diberlakukan agar antar kelompok etnis tersebut tidak dapat mengadakan konsolidasi untuk menciptakan perlawanan terhadap pemerintah colonial. Dengan demikian kepentingan ekonomi untuk mengambil penduduk asli sebagai komoditas perdagangan budak tidak akan terganggu. Tetapi untuk periode selanjutnya, kepentingan penguasaan sumber daya alam akan menjadi faktor yang lebih dominan bagi keterlibatan pemerintah kolonial, seperti Inggris, di benua Afrika.44

4.      Karakteristik pemerintahan.
Dalam kasus di Sierra Leone, pasca pemberian kemerdekaan dari pemerintah Inggris, karakteristik pemerintahannya memiliki kesamaan pola. Pertama, di bidang politik sejak awal seluruh pemerintah yang memimpin di Sierra Leone memiliki persamaan dalam praktek penyelenggaraannya negara. Sentralisasi power pada kelompok politik tertentu, misalnya SLPP atau APC, umumnya bernuansakan sentimen antar kelompok etnik meskipun secara keseluruhan sentralisasi ini tetap berfokus pada landasan penggolongan berdasarkan partai politik.
Dalam hal ini setiap partai yang berkuasa di Sierra Leone memiliki kecenderungan untuk mempertahankan dominasi kelompoknya dengan cara mengeliminir kelompok politik lainnya. Seringkali sentimen antar kelompok politik ini meluas pada kecenderungan untuk menekan kelompok etnik yang minoritas. Kecepatan dan kemudahan yang dialami oleh Sierra Leone dalam memperoleh kemerdekaan membuat negara ini harus menghadapi tantangan yang besar. Kebanyakan negara-negara Afrika baru tersebut ditinggalkan untuk memerintah negara mereka sendiri tanpa manajer dan teknisi yang memiliki kemampuan yang mencukupi, baik dalam pemerintahan maupun bisnis. Sierra Leone semakin melemah pada tahun 1970-an dan 1980-an, dan kemudian collapse/hancur pada tahun 1990-an.45 Kegagalan negara Sierra Leone tidak hanya didorong oleh kevakuman kekuasaan yang mendadak saja, tetapi juga berasal dari strategi para pemimpin politik yang disengaja untuk melemahkan struktur Negara, pelayanan masyarakat dan institusi ketika mereka memonopoli dan mengekploitasi sumber daya ekonomi.46 Semua pemerintahan yang pernah berkuasa di Sierra Leone, tidak memiliki kesiapan politik, sosial, ekonomi, dan pendidikan untuk memimpin Sierra Leone. Pada akhirnya hal ini berdampak pada ketidakmampuan mereka untuk menjalankan pemerintahan yang baik sehingga akibatnya Sierra Leone menjadi collapse/hancur dan lemah terhadap berbagai serangan pemberontakan yang berlarut-larut.47
Pergantian pemerintahan dari satu figur ke figur yang lainnya memenuhi kriteria yang lazim terjadi dalam politik di Afrika sebagai Big Man atau Strong Man. Figur pemimpin ini memiliki kemampuan untuk menguasai massa, cenderung manipulatif dalam memanfaatkan kelompok pendukungnya, dapat menjalankan kepemimpinannya secara otoriter ataupun dengan persuasif sesuai dengan kondisi yang diinginkannya.48 Pemimpin dengan model Big Man ini seringkali memegang kursi pemerintahan di banyak negara-negara Afrika; demikian pula halnya dengan yang terjadi di Sierra Leone. Sejak awal Albert Margai, Siaka Stevens, dan pemimpin Sierra Leone berikutnya memiliki kecenderungan untuk hal tersebut.
B.2.2. Faktor Berlian
Permasalahan dalam sektor berlian, baik secara langsung atau tidak langsung telah mencemari konflik di Sierra Leone. Pertama; berlian adalah insentif untuk melakukan kekerasan. Hal ini dipraktekkan baik oleh RUF dan tentara pemerintah. Kedua kelompok ini menunjukkan ketertarikan dalam penambangan berlian secara illegal. Pertempuran yang teratur dalam konflik internal ini memang jarang terjadi, namun pertempuran yang terjadi seringkali berlokasi di sekitar wilayah berlian. Ribuan penduduk sipil telah dijauhkan dan diusir dari wilayah yang kaya akan berlian oleh para pemberontak RUF.49 Kedua; berlian telah membantu dalam hal pembiayaan aksi kekerasan. Kelompok RUF telah menggunakan berlian untuk membeli persenjataan, baik dari tentara pemerintah maupun dari luar negara. Sejumlah pedagang berlian yang ikut memperoleh keuntungan dari aksi kekerasan, juga membantu membiayai aksi pemberontakan RUF.50 Ketiga; berlian juga telah membantu memperburuk konflik karena telah menimbulkan frustrasi yang diakibatkan oleh keuntungan yang tidak seimbang dari penambangan berlian. Secara historis, keuntungan berlian telah diperoleh lebih banyak oleh pihak luar. Alluvial Diamond Mining Scheme yang dibentuk pada tahun 1955 telah menciptakan kesempatan penambangan legal oleh penduduk lokal, namun demikian pada prakteknya yang mampu membeli perijinan dan peralatan dasar yang diperlukan adalah para pedagang, polisi setempat, para pejabat dan pegawai sipil. Mereka ini kemudian membagi keuntungan kepada rakyat biasa dengan syarat rakyat biasa berkewajiban untuk menggalinya.51
Warga Lebanon di Sierra Leone kemudian menggunakan akses superiornya untuk memperoleh modal sehingga dapat mendominasi sektor pertambangan berlian lokal yang baru. Di sisi lain, Siaka Stevens pada saat itu menawarkan kekebalan kepada para pendukung yang loyal pada penggalian berlian illegal. Sementara itu, para pemimpin di wilayah berlian menjadi semakin kaya karena berlian dan memperoleh keuntungan dari kemampuan mereka
dalam mengolah perijinan dan menguasai wilayah yang terbaik. Keluarga penguasa pasti mempunyai hak kepemilikan di tanah yang kemudian akan mereka sewakan kepada orang lain berdasarkan keturunan, dimana kepemilikan utama tetap dipegang oleh keluarga penguasa untuk mempertahankan kekuasaan mereka.52
Rendahnya pendapatan pajak yang diperoleh pemerintah dari penambangan berlian juga menjadi pemicu timbulnya konflik internal. Berlian selalu menjadi hal penggoda bagi para penyelundup karena bentuknya yang sangat kecil dan nilainya yang sangat berharga.53 Cara penyelundupan berlian hingga sampai ke pasar internasional ditentukan oleh kemudahan mereka untuk dibawa keluar dari satu negara ke negara lain secara tersembunyi. Perbatasan negara yang melintasi batas daratan Afrika Barat sangat lemah dan terisolasi sehingga para penyelundup, imigran dan pedagang dengan mudah dapat menyeberangi perbatasan untuk membawa barang-barang selundupan ke pasar.54
Pada jalur perlintasan resmi antara Sierra Leone, Guinea dan Liberia, terdapat 60-80 perbatasan yang tidak dijaga melalui semak-semak yang lebat, menyeberangi sungai dan melalui pegunungan, dimana ribuan mil dari daerah perbatasan sangat lemah dalam hal penjagaan sehingga seringkali terjadi penyelundupan berskala besar.55 Arus berlian selundupan yang keluar dari Afrika Barat sangat sulit untuk dilacak keberadaannya, sehingga komunitas internasional enggan menyalahkan penyelundupan kepada aktor lokal dan regional. Pada tahun 1999, ekspor resmi berlian Liberia hanya 8500 karat, padahal sebenarnya jumlah berlian yang diselundupkan hampir mencapai 80.000 karat.56 Secara historis, Liberia telah menjadi jalur utama bagi para penyelundup berlian. Liberia memperoleh berlian selundupan dari para penambang gelap di Sierra Leone dan juga dari kelompok pemberontak RUF. Dari Liberia, berlian dapat dijual dengan mudah karena dollar Amerika adalah mata uang resminya dan dalam penjualannya hanya ada sedikit pengawasan dari Tel Aviv dan Antwerp.57 Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara tingkat lokal, regional dan internasional dalam hal penyelundupan berlian.
Perdagangan berlian adalah sebuah masalah yang sangat mengkhawatirkan karena adanya pencemaran ekonomi (selama berlangsungnya konflik tersebut, dapat dilihat bahwa akibat keuntungan yang besar dari berlian, rakyat Sierra Leone mengalami terror, pembunuhan dan kemiskinan) dalam konflik di Sierra Leone, yang sebagian besar disebabkan oleh berlian.58 Hal ini semakin memperburuk perekonomian Sierra Leone karena perang internal tersebut, sehingga Sierra Leone tercatat sebagai salah satu negara termiskin di dunia, menurut Bank Dunia.59
BAB III
Peran PBB dalam Konflik Sierra Leone

II.1. Peran Diplomasi dan Mediasi
Keterlibatan PBB dalam mengatasi konflik internal di Sierra Leone dimulai pada bulan November 1994. Diawali dengan permohonan dari Presiden Sierra Leone melalui surat kepada Sekjen PBB, untuk membantu memfasilitasi negosiasi antara pemerintahan Sierra Leone dengan RUF. Pada bulan Desember 1994, PBB kemudian mengadakan misi eksploratif untuk menganalisis konflik tersebut. Berdasarkan laporan dari tim misi eksploratif tersebut, dapat dikatakan bahwa negara tersebut mengalami banyak kerusakan dalam berbagai hal sebagai akibat dari konflik yang sudah berjalan selama tiga tahun.14 Baik secara
politik, ekonomi, sosial, moral dan struktural, Sierra Leone telah mengalami suatu kemunduran. Salah satu faktor yang merupakan pemicu konflik tersebut adalah berlian. Hal ini terbukti pada tindakan yang dilakukan baik oleh RUF dan tentara pemerintah, dimana berlian telah membantu RUF dalam hal membiayai tindakan kekerasan yang dilakukan mereka. RUF menggunakan berlian untuk membeli persenjataan, baik dari tentara pemerintah, maupun dari luar negeri.15 Selain itu faktor pemerintahan yang lemah dan buruk juga memperparah keadaan di Sierra Leone dimana pemerintahan yang ada selama ini tidak dapat menjalankan pemerintahan yang baik sehingga akibatnya Sierra Leone menjadi collapse dan lemah terhadap berbagai serangan pemberontakan yang berlarut-larut.16
Berdasarkan data-data tersebut, PBB kemudian menunjuk utusan khusus dari Ethiopia, Berhanu Dinka, untuk menegosiasikan perjanjian yang mengutamakan dikembalikannya asas pemerintahan di tangan rakyat. Hal tersebut dilakukan karena selama ini rakyat tidak mendapat perlakuan yang adil dan tidak dapat menentukan nasibnya sendiri, yang diakibatkan oleh pemerintahan yang bersifat otoriter selama ini.
Dalam hal ini PBB, bekerjasama dengan OAU (Organization of African Unity) dan ECOWAS (Economic Community of West African States), dengan diwakili utusannya masing-masing, melakukan mediasi dan perundingan untuk mencari penyelesaian dan mengembalikan kekuasaan sipil. Kerjasama ini dilakukan karena OAU dan ECOWAS merupakan organisasi regional di Afrika. DK PBB dapat memberikan pengesahan operasi perdamaian kepada organisasi regional, karena organisasi regional memiliki peran yang penting dalam operasi perdamaian mengingat kedekatan wilayah dengan daerah konflik, organisasi regional memiliki kekhawatiran yang besar terhadap situasi yang terjadi dan akan berusaha untuk mencegah penyebaran konflik yang dapat membahayakan keseluruhan kawasan. Adanya kesamaan budaya, tradisi, geografi dan\ terkadang persamaan sejarah, agama dan kesamaan persenjataan dan pelatihan militer, yang dimiliki oleh organisasi regional, memberikan pengetahuan dan analisa yang lebih mendalam mengenai akar permasalahan, sehingga hal-hal ini juga menjadi faktor penting dalam mengatasi dan menghentikan konflik.17
Hasil dari proses perundingan tersebut terlihat dengan diadakannya Pemilu Sierra Leone pada Februari 1996, dengan kesepakatan kelompok tentara (dibawah pimpinan Brigadir Jenderal Julius Maada Bio) melepaskan kekuasaan pada pemenang pemilu tersebut, yaitu Ahmad Tejan Kabbah. Namun demikian, RUF tidak menyetujui atas hasil pemilu tersebut, karena kekuasaan di negara ini telah diambil oleh pemerintah sipil, sehingga konflik pun kembali terjadi.18 Pada bulan November 1996, Berhanu Dinka kembali melakukan negosiasi perjanjian perdamaian antara RUF (dibawah pimpinan Foday Sankoh) dan pemerintahan Sierra Leone, yang kemudian dikenal dengan Abidjan Accord/ Perjanjian Damai Abidjan, yang isinya antara lain; menetapkan pembentukan pasukan penjaga perdamaian yang netral dan penarikan semua pasukan asing dari Sierra Leone.19
Akan tetapi, perjanjian tesebut pun gagal terlaksana, karena setelah itu muncul gerakan militer dari RUF yang didukung dengan bergabungnya Mayor Jenderal Paul Karoma, yang merupakan pemimpin dari tentara Sierra Leone/Sierra Leone Army (SLA), yang kemudian membentuk pemerintahan Junta Militer, sehingga menyebabkan Presiden Kabbah dan seluruh staf pemerintahannya melarikan diri ke Guinea. Hal ini menunjukkan bahwa hukum tidak berlaku dan tidak dapat ditegakkan lagi di Sierra Leone.
Melihat hal tersebut, pada tanggal 8 Oktober 1997, DK PBB kemudian mengeluarkan Resolusi 1132 yang isinya antara lain; memberlakukan sanksi terhadap junta AFRC, melarang segala bentuk impor terhadap perlengkapan militer dan minyak ke dalam Sierra Leone, serta menghimbau semua negara anggota untuk menyediakan bantuan teknis dan logistik dalam rangka mendukung dan membantu ECOWAS untuk menyelesaikan tanggungjawabnya pada implementasi dari resolusi ini. Selain itu dalam resolusi ini PBB juga
memberikan wewenang kepada ECOWAS untuk menjamin pelaksanaan embargo, dengan menggunakan pasukan ECOMOG (The Economic Community of West African States Monitoring Group).20

III.2. Peran Pasukan Perdamaian PBB
Melengkapi diplomasi pencegahan, peran PBB yang lain pada konflik internal di Sierra Leone adalah peran operasi perdamaian melalui penempatan preventif dan pelucutan senjata preventif. Penempatan preventif/penempatan para pengawas perdamaian di lapangan dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya konflik yang dimaksudkan untuk menarik ”garis biru yang tipis” (Thin Blue Line) , guna membantu menahan jangan sampai terjadi konflik dan membangun rasa saling percaya. Thin Blue Line sendiri ditujukan kepada penempatan pasukan pengawas perdamaian, yang dikenal dengan sebutan ”the blue helmet”, secara merata di daerah konflik tersebut. Pelucutan senjata preventif berusaha untuk mengurangi jumlah senjata ringan di wilayah-wilayah konflik. Di El Salvador, Mozambique dan di tempat-tempat lain, upaya ini menghasilkan demobilisasi kekuatan-kekuatan bersenjata dan pengumpulan serta penghancuran senjata mereka yang terlibat sebagai bagian menyeluruh dari perjanjian damai. Menghancurkan senjata-senjata kemarin akan mencegah pemanfaatannya dalam peperangan di kemudian hari.
Dalam kaitannya dengan konflik internal Sierra Leone, operasi perdamaian yang dilakukan oleh PBB dapat dikatakan telah meliputi dan mencakup tugas-tugas dan mandat-mandat mulai dari yang sederhana (seperti bantuan terhadap kegiatan sipil, good offices dan lain-lain) sampai dengan yang sulit (seperti melakukan negosiasi, pengawasan gencatan senjata, kontrol senjata, demobilisasi dan reintegrasi, bantuan/pengembalian pengungsi, perlindungan terhadap bantuan kemanusiaan, melindungi korban sipil, menjaga kondisi agar tetap aman, menciptakan kondisi yang aman dan kontrol senjata secara paksa, dan lain-lain), sesuai dengan penjelasan diatas, melalui peran UNOMSIL dan UNAMSIL.

5 komentar:

  1. boleh minta datanya ga?
    saya juga algi ngebuat tulisan tentang berlian di sierra leone.

    BalasHapus
  2. boleh tau data yang dari buku gag?
    saya lagi menulis tentang blood diamond setelah KPCS..
    thx

    BalasHapus
  3. boleh tau gk teori nya galtung d'hal brp..???
    saya cri buku nya gk ada dikta saya...

    BalasHapus